Syaithan
begitu berambisi dalam merusak sebuah keluarga. Berbagai upaya ditempuh untuk
mencapai ambisinya itu. Ini disebabkan keluarga merupakan pondasi bagi
terbentuknya masyarakat muslim yang berkualitas.
Setiap
manusia tentu mendambakan keamanan dan mereka berlomba-lomba untuk
mewujudkannya dengan setiap jalan dan cara yang memungkinkan. Rasa aman ini
lebih mereka butuhkan di atas kebutuhan makanan. Karena itu Islam memperhatikan
hal ini dengan cara membina manusia sebagai bagian dari masyarakat di atas
akidah yang lurus disertai akhlak yang mulia. Bersamaan dengan itu, pembinaan
individu-individu manusia tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa ada
wadah dan lingkungan yang baik. Dari sudut inilah kita dapat melihat nilai
sebuah keluarga.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Bila pondasi
ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya maka akan kuat pula masyarakat dan
akan terwujud keamanan yang didambakan. Sebaliknya, bila tercerai berai ikatan
keluarga dan kerusakan meracuni anggota-anggotanya maka dampaknya terlihat pada
masyarakat, bagaimana kegoncangan melanda dan rapuhnya kekuatan sehingga tidak
diperoleh rasa aman.
Dengan
keterangan di atas pahamlah kita kenapa musuh-musuh Allah dari kalangan syaitan
jin dan manusia begitu berambisi untuk menghancurkan kehidupan keluarga. Mereka
bantu-membantu menyisipkan kebatilan ke dalam keluarga agar apa yang diharapkan
Islam dari sebuah keluarga tidak terwujud. Dan sangat disesalkan ibarat gayung
bersambut, kebatilan itu banyak diserap oleh keluarga muslim. Akibatnya tatanan
rumah tangga hancur dan dampaknya masyarakat diantar ke bibir jurang
kehancuran. Naudzubillah min dzalik!!! Kita berlindung kepada Allah dari yang
demikian.
Jauh
sebelumnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah memperingatkan kita
akan makar iblis terhadap anak Adam. Bagaimana iblis begitu bergembira bila
anak buahnya dapat menghancurkan sebuah keluarga, memutuskan hubungan antara
suami dengan istri sebagai dua tonggak dalam kehidupan keluarga.
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari mereka seraya berkata: Aku telah melakukan ini dan itu. Maka Iblis menjawab: “Engkau belum melakukan apa-apa”. Lalu datang yang lain seraya berkata: “Tidaklah aku meninggalkan dia (manusia yang digodanya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya”. Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya dengan berkata: “Ya, engkaulah”. (Hadits riwayat Muslim dalam Shahihnya, Kitab Shifatul Qiyamah wal Jannah wan Naar, Bab Tahrisyu Asy Syaithan wa Ba`tsuhu Sarayahu Li Fitnatin Naas, 17/157- Syarah Nawawi)
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari mereka seraya berkata: Aku telah melakukan ini dan itu. Maka Iblis menjawab: “Engkau belum melakukan apa-apa”. Lalu datang yang lain seraya berkata: “Tidaklah aku meninggalkan dia (manusia yang digodanya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya”. Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya dengan berkata: “Ya, engkaulah”. (Hadits riwayat Muslim dalam Shahihnya, Kitab Shifatul Qiyamah wal Jannah wan Naar, Bab Tahrisyu Asy Syaithan wa Ba`tsuhu Sarayahu Li Fitnatin Naas, 17/157- Syarah Nawawi)
Dalam Syarah
Shahih Muslim (17/157) berkata Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan hadits di
atas bahwa Iblis bermarkas di lautan dan dari situlah ia mengirim
tentara-tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak buahnya yang berhasil
memisahkan antara suami dengan istrinya karena kagum dengan apa yang
dilakukannya dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki iblis.
Sebegitu
kuat ambisi iblis dan para syaitan sebagai tentaranya untuk menghancurkan
kehidupan keluarga hingga mereka bersedia membantu syaitan dari kalangan
manusia untuk mengerjakan sihir yang dapat memisahkan suami dengan istrinya.
Allah Ta`ala berfirman menyebutkan ihwal orang–orang Yahudi yang biasa
melakukan pekerjaan kufur ini (sihir) guna memisahkan pasangan suami istri:
“Orang-orang Yahudi itu mengikuti apa yang dibacakan para syaitan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir) padahal Sulaiman tidaklah kafir (mengerjakan sihir) namun syaitan- syaitan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum keduanya mengatakan: “Kami hanyalah ujian (cobaan) bagimu maka janganlah engkau kufur dengan belajar sihir”. Maka mereka mempelajari sihir dari keduanya yang dengan sihir tersebut mereka bisa memisahkan antara suami dengan istrinya…” (Al Baqarah: 102)
“Orang-orang Yahudi itu mengikuti apa yang dibacakan para syaitan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir) padahal Sulaiman tidaklah kafir (mengerjakan sihir) namun syaitan- syaitan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum keduanya mengatakan: “Kami hanyalah ujian (cobaan) bagimu maka janganlah engkau kufur dengan belajar sihir”. Maka mereka mempelajari sihir dari keduanya yang dengan sihir tersebut mereka bisa memisahkan antara suami dengan istrinya…” (Al Baqarah: 102)
Kita
berlindung kepada Allah ta`ala dari kejahatan sihir dan pelakunya!
Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta`ala… ketahuilah, suatu keluarga baru memiliki nilai lebih bila bangunan keluarga itu ditegakkan di atas dasar takwa kepada Allah Ta`ala.
Pembaca yang semoga dirahmati Allah ta`ala… ketahuilah, suatu keluarga baru memiliki nilai lebih bila bangunan keluarga itu ditegakkan di atas dasar takwa kepada Allah Ta`ala.
Untuk
kepentingan ini perlu dipersiapkan anggota keluarga yang shalih, tentunya
dimulai dari pasangan suami istri. Seorang pria ketika akan menikah hendaknya
mempersiapkan diri dan melihat kemampuan dirinya. Dia harus membekali diri
dengan ilmu agama agar dapat memfungsikan dirinya sebagai qawwam (pemimpin)
yang baik dalam rumah tangga.
Karena Allah Ta`ala telah menetapkan:
“Kaum pria itu adalah pemimpin atas kaum wanita disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka (melebihkan kaum pria) di atas sebagian yang lain (di atas kaum wanita) dan karena kaum pria telah membelanjakan harta-harta mereka untuk menghidupi wanita…”. ( An Nisa: 34)
Karena Allah Ta`ala telah menetapkan:
“Kaum pria itu adalah pemimpin atas kaum wanita disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka (melebihkan kaum pria) di atas sebagian yang lain (di atas kaum wanita) dan karena kaum pria telah membelanjakan harta-harta mereka untuk menghidupi wanita…”. ( An Nisa: 34)
Hendaknya
seorang pria menjatuhkan pilihan hidupnya kepada wanita yang shalihah karena
demikian yang dituntunkan oleh Nabi kita yang mulia Muhammad shallallahu alaihi
wasallam.
Beliau
Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda tentang kelebihan wanita yang shalihah:
“Dunia itu
adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah “. (HR. Muslim dalam Shahihnya, Kitab
Ar Radlaa`, Bab Istihbaab Nikaahil Bikr. 10/56, Syarah Nawawi)
“Ada empat
perkara yang termasuk dari kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal
yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan ada
empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan: tetangga yang jelek, istri yang
jelek (tidak shalihah), tunggangan yang jelek dan tempat tinggal yang sempit”. (HR. Ibnu Hibban. Hadits ini
dishahihkan Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab beliau ” Ash Shahihul Musnad
Mimma Laysa fish Shahihain” 1/277)
Beliau
Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengabarkan:
“Wanita itu
dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, kedudukannya
(keturunannya), kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki
agama, taribat yadaak “. (HR. Bukhari dalam Shahihnya no. 5090, Kitab An Nikah, bab Al Akfaau fid
Dien, dan Muslim dalam Shahihnya, Kitab Ar Radla, bab Istihbaab Nikahi Dzatid
Dien, 10/51, Syarah Nawawi)
Imam Nawawi
rahimahullah menyatakan bahwa yang benar tentang makna hadits di atas adalah
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan tentang kebiasaan yang dilakukan
manusia. Mereka ketika hendak menikah memilih wanita dengan melihat empat
perkara tersebut dan mereka mengakhirkan pertimbangan agama si wanita . Maka
hendaklah engkau wahai orang yang meminta bimbingan memilih wanita yang baik
agamanya. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, 10/51-52)
Imam Nawawi
melanjutkan: “Dalam hadits ini ada hasungan untuk bergaul/berteman dengan orang
yang memiliki agama baik dalam segala sesuatu karena berteman dengan mereka
bisa mengambil faedah dari akhlak mereka, barakah mereka dan baiknya jalan
hidup mereka, di samping itu kita aman dari kerusakan yang ditimbulkan mereka”.
(10/52)
Masalah
agama ini juga harus menjadi pertimbangan seorang wanita ketika ia memutuskan
untuk menerima pinangan seorang pria, karena pria yang shalih ini bila
mencintai istrinya maka ia akan memuliakannya, namun bila ia tidak mencintai
istrinya maka ia tidak akan menghinakannya. Dan hal ini harus menjadi perhatian
wali si wanita karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Apabila datang kepada kalian (para wali wanita) orang yang kalian ridla agama dan akhlaknya (untuk meminang wanita yang di bawah perwalian kalian) maka nikahkanlah laki-laki itu, kalau tidak kalian lakukan hal tersebut niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan terjadi kerusakan yang merata”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dll)
“Apabila datang kepada kalian (para wali wanita) orang yang kalian ridla agama dan akhlaknya (untuk meminang wanita yang di bawah perwalian kalian) maka nikahkanlah laki-laki itu, kalau tidak kalian lakukan hal tersebut niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan terjadi kerusakan yang merata”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dll)
Di antara
yang dijadikan Islam sebagai tujuan berumah tangga dan dibentuknya sebuah
keluarga adalah untuk memperbanyak umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Karena
itu ketika datang seorang pria menghadap beliau dan mengatakan : “Aku
mendapatkan seorang wanita yang memiliki kecantikan dan keturunan namun ia
tidak dapat melahirkan (mandul), apakah boleh aku menikahinya ?” Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam menjawab: “Jangan menikahinya”. Kemudian pria tadi
datang menghadap Nabi untuk kedua kalinya dan mengutarakan keinginannya untuk
menikahi wanita tersebut, namun beliau melarangnya. Kemudian ia datang lagi
untuk ketiga kalinya, maka beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur (banyak anaknya) karena aku akan berbangga-bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat yang lain”. (HR. Abu Daud dan Nasai. Dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dalam “Ash Shahihul Musnad Mimma Laysa fis Shahihain” 2/211)
“Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur (banyak anaknya) karena aku akan berbangga-bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat yang lain”. (HR. Abu Daud dan Nasai. Dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dalam “Ash Shahihul Musnad Mimma Laysa fis Shahihain” 2/211)
Bila setiap
muslim memperhatikan dan melaksanakan dengan baik apa yang ditetapkan dan
digariskan oleh syariat agamanya niscaya ia akan mendapatkan kelurusan dan
ketenangan dalam hidupnya, termasuk dalam kehidupan berkeluarga. Dan dia
benar-benar dapat merasakan tanda kekuasaan Allah ta`ala sebagaimana dalam
firman-Nya;
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian pasangan-pasangan kalian dari diri-diri (jenis) kalian sendiri agar kalian merasa tenang dengan keberadaaan mereka dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda –tanda bagi kaum yang mau berfikir”. (Ar Ruum: 21 )
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian pasangan-pasangan kalian dari diri-diri (jenis) kalian sendiri agar kalian merasa tenang dengan keberadaaan mereka dan Dia menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda –tanda bagi kaum yang mau berfikir”. (Ar Ruum: 21 )
Wallahu
ta`ala a`lam bishawwab.
(Ummu Ishaq Zulfa Husein Al Atsariyyah).
(Ummu Ishaq Zulfa Husein Al Atsariyyah).
Nama :Agus budi m.
NIM :01314004


0 komentar:
Posting Komentar